0 komentar
SEJARAH



Pengertian Sejarah

Pengertian sejarah ditinjau dari asal kata
Menurut Jan Romein, kata “sejarah” memiliki arti yang sama dengan kata “history” (Inggris), “geschichte” (Jerman) dan “geschiedenis” (Belanda), semuanya mengandung arti yang sama, yaitu cerita tentang kejadian atau peristiwa yang terjadi pada masa lampau. 
Sementara menurut sejarawan William H. Frederick, kata sejarah diserap dari bahasa Arab, “syajaratun” yang berarti “pohon” atau “keturunan” atau “asal-usul” yang kemudian berkembang dalam bahasa Melayu “syajarah”. Dalam bahasa Indonesia menjadi “sejarah”. Menurutnya kata syajarah atau sejarah dimaksudkan sebagai gambaran silsilah atau keturunan. 

Rumusan batasan pengertian sejarah
Ada banyak rumusan pendapat yang diberikan para sejarawan terkait dengan pengertian sejarah. Dari berbagai pendapat yang ada dalam arti yang luas sejarah dapat diartikan sebagai gambaran tentang peristiwa-peristiwa atau kejadian masa lampau yang dialami manusia, disusun secara ilmiah, meliputi urutan waktu tertentu, diberi tafsiran dan analisa kritis sehingga mudah dimengerti dan dipahami. 


2 komentar

SISTEM KEPERCAYAAN AWAL MASYRAKAT INDONESIA


1.    Kepercayaan terhadap roh nenek monyang
      Perkembangan sistem kepercayaan pada masyrakat Indonesia berawal dari kehidupan masyarakat berburu dan mengumpulkan makanan. Masyarakat pada masa berburu dan mengumpulkan makan, selalu hidup berpindah-pindah untuk mencari tempat tinggal yang dapat memenuhi kebutuhan hidupnya. Namun, dalam perkembanganya, mereka mulai berdiam lama/tinggal pada suatu tempat, biasanya pada goa-goa, baik di tepi pantai maupun pada pendalaman. Pada goa-goa itu ditemukakan sisa-sisa budaya mereka, berupa alat-alat kehidupan. Kadang-kadang juga ditemukan tulang berulang manusia yang telah dikuburkan didalam goa-goa tersebut. Dari hasil penemuan itu dapat diketahui bahwa pada masa itu orang sudah mempunyai pandangan tertentu mengenai kematian. Orang sudah mengenal penghormatan terhadap orang yang sudah meninggal.
      Berdasarkan hasil peninggalan budaya sejak masa bercocok tanam berupa bangunan-bangunan mengalitikum dengan fungsinya sebagai tempat-tempat pemujaan atau penghormatan kepada roh nenek moyang, maka diketahui bahwa masyarakat pada masa itu sudah menghormati orang yang sudah meninggal. Disamping itu, ditemukan pula bekal kubur. Pemberian bekal kubur itu dimaksudkan sebagai bekal untuk menuju kealam lain. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa sebelum masuknya pengaruh hindu-budha, masyarakat Indonesia telah memberikan penghormatan dan pemujaan kepada roh nenek monyang.
  
2.    Kepercayaan Bersifat Animisme
      Setelah kepercayaan masyarakat terhadap roh nenek moyang berkembang, kemudian muncul kepercayaan yang bersifat animisme. Animisme merupakan suatu kepercayaan masyarakat terhadap suatu benda yang dianggap memiliki roh atau jiwa.
      Awal munculnya kepercayaan yang bersifat animisme ini didasari oleh berbagai pengalaman dari masyarakat yang bersangkutan. Misalnya, pada daerah di sekitar tempat tinggalnya terdapat sebuah batu besar. Masyarakat yang melewati batu besar itu baik siang maupun malam mendengar keganjilan-keganjilan seperti suara minta tolong, memanggil-menggil namanya, dan lain sebagainya. Tetapi begitu dilihat, mereka tidak menemukan adanya orang yang dimaksudkan. Peristiwa ini kemudian terus berkembang, hingga masyarakat menjadi percaya bahwa batu yang dimaksudkan itu mempunyai roh atau jiwa.
      Selain benda-benda tersebut diatas terdapat banyak hal yang dipercaya oleh masyarakat yang dipandang memiliki roh atau jiwa, antara lain: bangunan gedung tua, bangunan candi, pohon besar dan lain sebagainya.

3.    Kepercayaan Bersifat Dinamisme
      Kepercayaan dinamisme mengalami perkrmbangan yang tidak jauh berbeda dengan kepercayaan animisme. Dinamisme merupakan suatu kepercayaan bahwa setiap benda memiliki kekuatan gaib. Sejak berkembangnya kepercayaan terhadap roh nenek moyang pada masa kehidupan masyarakat bercocok tanam, maka berkembang pula kepercayaan dinamisme ini, juga didasari oleh suatu pengalaman dari masyarakat bersangkutan. Selain itu terdapat pula benda pusaka seperti keris atau tombak yang dipandang memiliki kekuatan gaib untuk memohon turunnya hujan, apabila keris itu ditancapkan dengan ujungnya menghadap ke atas akan dapat menurunkan hujan. Kepercayaan seperti ini mengalami perkembangan, dan bahkan hingga sekarang ini masih tetap dipercaya oleh sebagian masyarakat.

4.    Kepercayaan Bersifat Monoisme
      Kepercayaan monoisme adalah kepercayaan terhadap Tuhan Yang Maha Esa. Kepercayaan ini muncul berdasarkan pengalaman-pengalaman dari masyarakat. Melalui pengalaman itu, pola pikir manusia berkembang. Manusia mulai berpikr terhadap apa-apa yang dialaminya, kemudian mempertanyakan siapakah yang menghidupkan dan mematikan manusia, siapakah yang menghidupkan tumbuh-tumbuhan, siapakah yang menciptakan binatang-binatang, bulan dan matahari. Pertanyaan-pertanyaan seperti ini dipikirkan oleh manusia, sehingga muncul suatu kesimpulan bahwa, di luar dirinya ada suatu kekuatan yang maha besar dan yang tidak tertandingi oleh kekuatan yang maha besar dan yang tidak tertandingi oleh kekuatan manusia. Kekuatan itu adalah kekuatan dari Tuhan Yang Maha Esa.
      Manusia percaya bahwa Tuhan Yang Maha Esa adalah pencipta alam semesta beserta isinya. Oleh karena itu, manusia wajib melestarikan alam semesta agar dapat memenuhi kebutuhan hidupnya, atau menjaga keseimbangan alam semesta agar dapat menjadi tumpuan hidup manusia.







0 komentar

PERKEMBANGAN TEKNOLOGI MASYARAKAT AWAL INDONESIA


1.    Keadaan alam lingkungan kehidupan manusia
      Dalam kehidupan menetap manusia sudah dapat menghasilkan sendiri kebutuhan-kebutuhan hidupnya, walaupun tidak seluruhnya. Namun demikian, dalam kehidupan menetap pola pikir manusia terus berkembang dan semakin maju. Manusia mulai memikirkan berbagai hal untuk dapat melengkapi kehidupanya. Pada masa ini, manusia telah mengenal teknologi meski teknologi itu masih terbatas pada upaya untuk memenuhi peralatan-peralatan sederhana yang dibutuhkan dalam aktifitas kehidupanya. Pengenalan teknologi dalam kehidupan manusia pada masa itu terlihat jelas pada teknik pembuatan tempat tinggal atau peralatan-peralatan yang mereka gunakan untuk membantu upaya memenuhi kebutuhan hidupnya.
      Dalam perkembangan teknologi awal ini, masyarakat indonesia juga mulai mengenal benda-benda atau peralatan-peralatan yang berasal dari logam perunggu ini merupakan logam campuran antara logam tembaga dengan timah. Hal ini dibuktikan dengan penemuan benda-benda yang berasal dari perunggu di beberapa wilayah di indonesia.
      Benda-benda yang terbuat dari perunggu ini ada yang dibuat di wilayah Indonesia oleh mayarakat indonesia sendiri, terbukti dengan penemuan alat-alat cetak untuk membuat berbagai perkakas. Bahkan cara pembuatan benda-benda dari perunggu yang dilakukan oleh masyarakat Indonesia menggunakan cara-cara yang sangat sederhana seperti alat cetak dari batu atau tanah liat. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa seiring dengan mulai mengenalnya logam, pola pikir dan teknologi manusia juga berkembang. Dalam hal ini manusia mulai memanfaatakan alat-alat dari logam untuk membantu upaya memenuhi kebutuhan hidupnya.

2.    Kehidupan Sosial Ekonomi Masyarakat
      Kehidupan pada manusia telah mengenal logam dikenal sebagai masa perundagian. Masa perundagian sangat penting artinya dalam berkembangan sejarh Indonesia, karena pada masa itu terjalin hubungan dengan daerah-daerah di sekitar kepulauan Indonesia. Hubungan ini terjadi karena bahan-bahan yang diperlukan untuk membuat alat-alat dari logam tersedia secara terbatas ditempat tertentu, dan untuk mendapatkanya dilakukan dengan sisitem tukar-menukar.
      Masa perundagian juga menjadi dasar bertumbuh-kembangnya kerajaan-kerajaan di Indonesia seperti kerajaan Kutai, Tarumanegara, Sriwijaya, Mataram dan kerajaan-kerajaan lainnya. Peninggalan-peninggalan masa perundingan menujukkan kekayaan dan keanekaragaman budaya bangsa Indonesia. Berbagai macam bentuk benda yang dimiliki nilai seni dan benda-benda upacara menujukkan masyarakat pada masa itu sudah memiliki selera yang tinggi dan sudah hidup teratur serta makmur.
      Masyrakat persawahan terus berkembang, karena mereka hidup menetap dan adanya persediaan bahan pangan yang cukup. Mereka sudah mengenal perdagangan yang dapat meningkatkan hidup mereka maupun masyarakat lainnya. Pada masa ini kegiatan perdagangan atau perekonomian masyarakat terjalin tidak hanya terbatas pada masyarakat dari suatu daerah yang sama, tetapi telah meluas sampai kepada masyarakat dari daerah yang lebih jauh. Kegiatan perdagangan ini membuktikan bahwa masyarakat dalam suatu daerah belum dapat memenuhi seluruh kebutuhan hidupnya sendiri, sehingga perlu memperolehnya dari masyarakat pada daerah-daerah lainnya.

3.    Kehidupan Budaya Masyarakat
      Peninggalan-peninggalan budaya masyarakat Indonesia yang berasal dari benda-benda logam merupakan kekayaan dan keanekaragaman budaya yang telah tumbuh dan berkembang pada masa itu. Benda-benda peninggalan bangsa Indonesia yang terbuat dari logam diantaranya:
Nekara perunggu nekara merupakan sebuah benda kebudayaan yang terbuat dari perunggu. Bentuknya seperti sebuah dandang yang tertelungkup. Nekara berfungsi sebagai pelengkap upacara untuk memohon turunannya hujan dan sebagai genderang perang. Untuk upacara memohon turunnya hujan, nengkara itu dipukul-pukul dengan sekuat tenaga oleh sekelompok masyarakat, baegitu pula untuk generang perang, nekara juga dipukul dengan sekuat tenaga kuatnya. Semakin kuat pukulan pada nekara itu, semakin bersemangat para prajurit untuk berperang, sebaliknya semakin lemah pukulan pada nekara itu, maka semangat perang semakin menurun.
Kapak perunggu bentuk kapak perunggu beraneka ragam, ada yang berbentuk pahat, jantung atau tembilang. Pola hiasannya berupa topang mata dan pola geometri. Tipe kapak dari pulau rote merupakan jenis kapak yang sangat indah bentuknya dan di Indonesia hanya ditemukan tiga buah, dua buah disimpan di Meseum Pusat Jakarta, sedangkan satu lagi terbakar saat dipamerkan di paris pada tahun 1931.
Bejana  perunggu bejana perunggu bentunya mirip gitar sepanyol, tetapi tanpa tokai. Pola hiasan adalah hiasan anyaman dan menyerupai huruf “J”. Hingga saat sekarang di Indonesia berhasil ditemukan dua buah oleh para ahli yaitu di daerah Madura dan Sumatera.
Perhiasan Perhiasan yang terbuat dari perunggu, emas, dan besi, banyak di temukan di wilayah Indonesia. Biasanya perhiasan ditemukan sebagai bekal kubur. Bentuk perhiasan beraneka ragam dan digunakan sebagai gelang tangan, gelang kaki, cincin, kalung, bandul, kalung dan lain-lain. Benda-benda itu banyak ditemukan di daerah bogor, bali dan malang.


0 komentar


KEHIDUPAN MASYARAKAT BERTERNAK DAN BERCOCOK TANAM



1.    Lingkungan alam kehidupan
      Kemampuan berpikir manusia untuk mempertahankan kehidupannya mulai berkembang. Hal ini mengakibatkan munculnya kelompok-kelompok manusia dalam jumlah yang lebih banyak serta menentap di suatu tempat. Munculnya bentuk kehidupan semacam itu berawal dari upaya manusia untuk menyiapkan persediaan bahan makanan yang cukup dalam satu masa tertentu dan tidak perlu mengembara lagi untuk mencari makanan. Dalam kehidupan menetap manusia mulai hidup dari hasil bercocok tanam dengan menanam jenis-jenis tanaman yang semula tumbuh liar untuk dapat memenuhi kebutuhan hidupnya. Disamping itu, mereka mulai menjinakkan hewan-hewan yang dapat memenuhi kebutuhan hidupnya seperti kuda, anjing, kerbau, sapi, dan babi. Dari pola kehidupan bercocok tanam ini, manusia sudah dapat menguasai alam lingkungannya beserta isinya.
      Kehidupan bercocok tanam yang pertama kali dikenal oleh manusia adalah berhuma. Berhuma adalah teknik bercocok tanam dengan cara membersihkan hutan dan menanamnya, setelah tahan tidak subur mereka pindah dan mencari bagian hutan yang lain. Kemudian mereka menggulang pekerjaan membuka hutan, demikian seterusnya. Namun dalam penetapan dalam waktu yang cukup lama. Bahkan hal ini dapat berlangsung dari generasi ke generasi berikutnya. Oleh karena itu, manusia mulai menerapkan kehidupan bercocok tanam pada tanah-tanah persawahan

2.    Kehidupan sosial
      Kehidupan masyarakat pada masa bercocok tanam mengalami peningkatan yang cukup pesat. Masayarakatnya sudah memiliki tempat tinggal yang tepat. Mereka memilih tempat tinggal pada suatu tempat tertentu. Hal ini dimaksudkan agar hubungan antara manusia di dalam kelompok masyarakatnya semakin erat.
      Eratnya hubungan antaramanusia di dalam kelompok masyarakatnya, merupakan suatu cermin bahwa manusia tidak dapat hidup sendiri tanpa anggota kelompok masyarakat yang lainnya. Hal ini disebabkan karena manusia adalah makhluk sosial. Manusia selalu tergantung dengan manusia lainnya, sehingga masing-masing manusia saling berinteraksi dalam upaya memenuhi kebutuhan hidupnya.
      Dalam perkembangannya, pola hidup menetap telah membuat hubungan sosial masyarakat terjalin  dan ternegosiasi dengan baik. Dalam perkumpulan masyarakat yang masih sederhana biasanya terdapat seorang pemimpin yang disebut kepala suku, sosok kepala suku merupakan orang yang sangat dipercya dan ditaati untuk memimpin sebuah kelompok masyarakat.

3.    Kehidupan ekonomi
      Pada masa kehidupan bercocok tanam, kebutuhan hidup masyarakat semakin bertambah, namun tidak ada satu anggota masyarakat pun yang dapat memenuhi seluruh kebutuhan hidupnya sendiri. Oleh karena itu mereka menjalin hubungan yang lebih erat lagi dengan sesama anggota masyrakat, mereka juga menjalin hubungan dengan masyarakat yang berbeda diluar daerah tempat tinggalnya. Misalnya masyarakat yang berada di daerah pengunungan menjalin hubungan dengan masyarakat yang berada di daerah pantai. Masyarakat yang berada di daerah pengunungan membutuhkan hasil yang diperoleh dari pantai seperti garam, ikan laut, dan lain-lain, sedang masyarakat yang berada didaerah pantai membutuhkan hasil-hasil pengunungan berupa berbagai macam hasil bumi yaitu beras, buah-buahan, sayur-sayurandan lain-lain. Dengan kenyataan seperti ini, dalam rangka memenuhi kebutuhannya masing-masing diadakan pertukaran barang dengan barang (sistem barter). Pertukaran barang dengan barang ini menjadi awal munculnya sistem perdagangan atau sistem perekonomian dalam masyarakat.
                 

4.    Kehidupan Kepercayaan Masyarakat
      Perkembangan sistem kepercayaan masyarakat pada masa kehidupan bercocok tanam dan menetap, merupakan kelanjutan kepercayaan yang telah muncul pada masa kehidupan masyarakat berburu dan mengumpulkan makanan. Pada masa kehidupan bercocok tanam kepercayaan masyarakat semakin bertambah, bahkan masyarakat juga telah mempunyai konsep tentang apa yang terjadi dengan seorang yang telah meninggal. Mereka percaya bahwa orang-orang yang meninggal rohnya pergi kesuatu tempat yang tidak jauh dari tempat tinggalnya atau roh orang yang meninggal itu tetap berada disekitar wilayah tempat tinggalnya, sehingga sewaktu-waktu dapat dipanggil untuk dimintai bantuannya dalam kasus tertentu seperti menanggulani wabah penyakit atau mengusir pasukan-pasukan musuh yang ingin menyerang wilayah tempat tinggalnya.
      Initi kepercayaan ini berkembang dari zaman ke zaman. Penghormatan dan pemujaan kepada roh nenek moyang merupakan suatu kepercayan yang berkembang diseluruh dunia. Untuk menelusuri kepercayaan masyarakat Indonesia dari masa kehidupan bercocok tanam, para ahli mengadakan penelitian pada berbagai bangunan Megalitikum atau kuburan manusia yang berasal dari masa itu. Dari hasil penelitian itu, para ahli sejarah berhasil mendapatkan gambaran mengenai berbagai kebiasaan yang berhubungan dengan kepercayaan masyarakat pada masa itu, bahkan hingga sekarang ini, kita masih dapat melihat upacara-upacara tradisi Megalitikum dari berapa suku bangsa di Indonesia.
      Berdasarkan kepercayaan itu, sesorang kepala suku memiliki kekuasaan dan tanggung jawab penuh terhadap kelompok sukunya, seorang kepala suku dapat mengatur dan melindungi kelompok sukunya dari segala bentuk  ancaman, seperti ancaman dari binatang buas, ancaman dari kelompok laiinya, ancaman dari wabah penyakit dan sebagainya.
   



5.    Kehidupan Budaya
      Perkembangan kebudayaan pada masa bercocok tanam semakin bertambah pesat, karena manusia mulai dapat mengembangkan dirinya untuk menciptakan kebudayaan yang lebih baik. Peninggalan-peninggalan kebudayaan manusia pada masa kehidupan bercocok tanam semakin banyak beragam, baik yang terbuat dari tanah liat, batu, maupun tulang.
      Hasil-hasil kebudayaan masyarakat pada masa kehidupan bercocok tanam adalah sebagai berikut:
    Beliung Persegi beliung persegi merupakan hasil kebudayaan manusia dari masa kehidupan masyarakat bercocok tanam. Benda kebudayaan ini diduga benda upacara. Di wilayah Indonesia, beliung persegi ditemukan dalam jumlah yang cukup besar. Daerah-daerah tempat penemuanya antara lain Sumatera, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, dan Nusa Tenggara. Sedangkan penemuanya di luar wilayah Indonesia yaitu di Semenanjung Melayu dan Asia Tenggara.
     Kapak Lonjong kapak lonjong dengan garis penampangnya memperlihatkan sebuah bidang yang berbentuk lonjong, kapak ini ada yang berukuran besar dan kecil. Pada umumnya kapak lonjong terbuat dari batu kali yang berwarna kehitam-hitaman, cara pembuatannya adalah dengan diumpan sampai halus. Namun sampai sekalarang belum berhasil ditemukan oleh para ahli jenis kapak lonjong yang terbuat dari batu indah dan batu semi pemata. Kapak lonjong ini ditemukan oleh para ahli sejarah di daerah Maluku, Papua, dan sebagaian daerah Sulawesi Utara, sedangkan diluar wilayah Indonesia kapak lonjong ditemukan di kepulauan Filipina, Taiwan, dan Cina.
    Mata Panah mata panah merupakan salah satu dari perlrngkapan berburu maupun menangkap ikan. Mata panah untuk menangkap ikan berbeda dengan mata panah untuk berburu. Mata panah untuk menangkap ikan dibuat bergerigi seperti mata gerigi dan umumnya dibuat dari tulang. Sisi-sisi mata panah dari zaman kehidupan masyarakat bercocok tanam berhasil ditemukan didalam goa-goa yang ada di pinggir sungai. Kemungkinan juga ada mata panah yang dibuat dari kayu seperti yang masih digunakan oleh para penduduk asli papua.
    Gerabah gerabah terbuat dari tanah liat di bakar. Alat-alat itu digunakan sebagai tempat untuk menyimpan benda-benda perhiasan. Gerabah dihias dengan beraneka ragam hiasan. Menghias gerabah lebih mudah dubandingkan dengan menghias benda-benda lainnya. Sehingga gerabah selalu menjadi alat untuk mencurahkan rasa seni, baik melalui hiasan atau melalui pemberian bentuk.
 
6.    Perhiasan
      Pada masa kehidupan masyarakat bercocok tanam telah dikenal berbagai bentuk perhiasan. Bahan dasar pembuatan perhiasan diambil dari bahan-bahan yang ada di sekitar lingkungan alam tempat tinggalnya. Bahan-bahan yang digunakan untuk membuat perhiasan seperti tanah liat, batu kalsedon, yaspur dan agat. Dari bahan-bahan yang itu masyarakat membuat berbagai bentuk perhiasan yang diinginkannya seperti kalung, gelang, dan lain-lain. Namun demikian, sangat sulit untuk dapat menemukan perhiasan yang terbuat dari tanah liat yang berasal dari masa lalu karena perhiasan-perhiasan dari tanah liat telah menyatu kembali dengan tanah.